Kabut Neraka
Cerpen Danarto
Terbit di Jawa Pos, 8 Juli 2012
Bahan Referensi Cerpen - TUBUH-TUBUH dilumatkan, rumah-rumah dikunyah-kunyah.
Pasar-pasar dihancurkan, masjid yang indah diledakkan. Apa saja yang tegak di
atas tanah harus dilumatkan dari penciuman bumi, dari arang kehidupan, demi
wajah dan kemenangan. Permusuhan antara Sunni lawan Syiah semakin membara
ketika tiba-tiba di Baghdad,
Irak, muncul kabut hitam pekat yang besar sekali, diam tak bergerak, mengambang
di udara. Golongan Sunni menganggap kabut hitam itu rekayasa Syiah untuk
mengacaukan situasi, sedang golongan Syiah menuduh Sunni menciptakan kabut
hitam untuk menggagalkan upaya perdamaian. Sementara itu tentara-tentara
Amerika menyebut kabut hitam raksasa itu sebagai “Kabut Neraka”.
Mereka, serdadu-serdadu Amerika, menjadikan Kabut
Neraka sebagai hiburan. Hiburan baru yang mengasyikkan. Mereka
berjingkrak-jingkrak sambil mengacung-acungkan lembaran uang, mendendangkan
lagu-lagu rock favoritnya sambil berteriak-teriak, “Poverty is their kitchens.
Held hostage by oil-for-food”, serta menembak-nembakkan senapan ke arah kabut
uring-uringan. Dalam situasi kesetanan yang penuh tanda tanya, miris,
keheranan, juga ketegangan karena pernah seorang tentara Amerika memasuki kabut
itu dan tak pernah keluar lagi. Dalam keadaan ketakutan dan penasaran, tentara
yang lain berlari kencang menerobos ke dalam kabut itu… ditelan… juga tak
pernah keluar lagi.
***
Tentara-tentara yang lain dengan humpee yang dikebut
menerabas ke dalam kabut itu. Lagi-lagi kendaraan roda empat dengan empat orang
tentara penumpangnya tak pernah nongol kembali untuk selama-lamanya. Hanya
dalam waktu beberapa hari, Kabut Neraka, nama yang sexy, yang diberikan tentara
paling muda dari Ohio, Long John Potomosth namanya, yang suka membanyol,
menjadi gelanggang taruhan yang spektakuler. Para
prajurit bertaruh dengan uang untuk siapa saja yang berani memasuki kabut itu
dan keluar kembali dengan selamat. Sudah sebelas orang tentara menghambur ke
dalamnya dan lenyap. Sebuah arena pertempuran baru yang sangat menantang, yang
sangat mengasyikkan, dan sangat menakutkan. Akhirnya hari-hari peperangan yang
sebenarnya sudah tidak menarik lagi. Bom-bom bunuh diri menjadi berita yang
dilupakan.
Wartawan-wartawan dari dalam dan luar negeri
tumplek-blek di kawasan kabut itu. Mereka membangun tenda-tenda mengelilingi
kabut itu. Para jurnalis dengan bersemangat melaporkannya ke surat kabar, majalah, dan kantor-kantor
berita yang menugasinya. Termasuk berita-berita tentang kegilaan
tentara-tentara Amerika yang kesetanan bagai kena sihir kabut itu. Rupanya
tentara-tentara Amerika malah berjumpalitan dibilang kesurupan oleh kabut itu,
bahkan ada yang minta dituliskan dengan kata-kata yang lebih kejam lagi. Para redaktur akhirnya menuduh para wartawannya tidak
lebih waras.
Sejumlah ulama Sunni dan Syiah dari berbagai negeri
berdatangan menyaksikan betapa kabut itu mengerikan bagai dikirim dari neraka
jahanam. Para ulama menyatakan bahwa kabut itu
merupakan akumulasi penderitaan rakyat Irak yang lebih menyedihkan dari
peperangan maupun pembantaian. Betapa kabut itu memiliki kekuatan yang besar
untuk menggagalkan upaya-upaya perdamaian. Lalu kedua golongan ulama mengirim
rekomendasi kepada PBB agar menaruh perhatian yang lebih besar lagi kepada
keselamatan dan kesejahteraan rakyat Irak. Juga negara-negara Barat diminta
dengan sungguh-sungguh menyelamatkan Irak supaya tidak menjadi negara gagal.
Ketika komandan menyaksikan pertandingan itu, komandan
yang bertanggung jawab atas keselamatan bala tentaranya akhirnya melarang
permainan judi dan menutup gelanggang tersebut. Komandan mengisolasi kabut
hitam pekat itu dengan memagarinya dengan kawat listrik dan dijaga ketat tiap
sisi-sisinya agar tentara-tentara tidak nekat lagi terjun ke dalam Kabut
Neraka. Sudah sebanyak 150 batang lebih kendaraan rongsokan, tank, helikopter,
jip, panser, mobil, humpee, didorong masuk ke dalamnya dan dicoba dikait
kembali dengan pengungkit, namun sia-sia, semuanya lenyap.
Para ulama kedua golongan kemudian menggelar doa bersama memohon
dibukakan pintu gerbang pengetahuan tentang benda yang musykil itu. Begitu juga
para pakar dari Pentagon dan badan-badan riset nasional tentara koalisi dari
berbagai negara turun tangan melakukan investigasi terhadap gejala yang aneh
dan menarik itu. Foto-foto Kabut Neraka kemudian beredar di seluruh dunia dan
menjadi topik perbincangan di acara-acara televisi, radio, maupun
diskusi-diskusi terbuka oleh para ahli maupun anak-anak muda yang selalu ingin
mencari sesuatu yang baru. Berminggu-minggu sampai berbulan-bulan para ulama
dan para ahli yang menetap di Baghdad
menyelidikinya tetapi tidak mendapatkan jawaban.
***
Kawasan Kabut Neraka di kemudian hari menjadi kawasan
wisata bagi para wisdom (wisatawan domestik) dan wisman (wisatawan mancanegara)
yang cukup memiliki keberanian untuk tidak ambil peduli terhadap kancah
peperangan yang setiap saat bergolak. Di kemudian hari tidak ada yang bisa
dilihat di kawasan itu kecuali pagar yang menjulang tinggi untuk menutup kabut
hitam pekat itu. Termasuk anak-anak yang mencoba mengintip-intip yang tentu
saja diusir oleh para penjaga karena kawat yang memagari itu dialiri listrik.
Mengingat kawasan itu berbahaya, lalu komandan kawasan itu meneutupnya untuk
umum.
Namun demikian, tangan-tangan jail yang ingin hiburan,
meledakkan pagar kawat listrik yang mengelilingi kabut itu sehingga hancur
berantakan dan tampaklah lagi kabut dengan perkasa mengambang di udara. Para prajurit Amerika bersorak kegirangan sambil
menembak-nembakkan senapannya. Acara perjudian pun dimulai lagi dan komandan
hanya bisa geleng-geleng kepala. Kenyataannya, suasana menjadi meriah kembali.
Kabut Neraka memang menakutkan tapi juga menyenangkan. Dua sisi karakter kabut
itu begitu memesona yang tak berbanding oleh keajaiban apa pun yang tergelar di
dunia dewasa ini.
***
Bermula dari anak-anak kecil yang bermain bola
terkesiap menatap kabut kental yang tiba-tiba saja muncul di atas kepala
mereka. Seorang anak Irak yang punya sahabat seorang tentara Amerika memberi
tahu tentang kabut aneh itu. Si tentara Amerika mendatangi dan menatap dengan
terbengong-bengong kabut hitam itu.
Ia mendekati kabut tetapi langkahnya terhenti ketika
tiba-tiba sebatang tank meloncat menabrak kabut dan ditelan ke dalamnya.
Serta-merta tentara itu menghardik anak-anak supaya menjauh dari kabut.
Sebatang helikopter yang lain meloncat menabrak kabut dan lenyap pula ke
dalamnya. Semua ternganga-nganga.
Beberapa anak menangis sambil berlari menjauh. Tak lama
kemudian beberapa orang tua, laki-laki dan perempuan, gadis-gadis, berdatangan
ke tempat kabut itu. Seorang ibu menangis meneriakkan, “Allahu Akbar!” lalu
terduduk seperti tersihir menatap kabut itu dengan tajam.
Ketika terjadi revolusi sosial di Yaman, Mesir, Libya,
Tunisia, Siria, kabut itu masih dengan tenang mengambang di udara Irak yang
kemudian menarik kedatangan Raja Abdullah dari Yordania dan Presiden
Ahmadinejad dari Iran. Lalu disusul kedatangan Alwi Shihab, penasihat Presiden
Yudhoyono; dan Muhammad Said Agil Shiradj, ketua umum PB NU; Gus Mus, seorang
sufi seniman; Yenny Wahid dari Wahid Institute; Nurul Arifin dari Golkar; Siti
Musdah Mulia, seorang sufi perempuan reformis; Ahmad Syafii Maarif yang
disanjung sebagai Bapak Bangsa; serta Habib Lutfi, seorang ulama sufi Indonesia
yang memiliki pengikut sekian juta; juga sejumlah ulama sufi dari berbagai
negeri. (*)
Kota Tangerang Selatan, 29 Juni 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar